Disela sela hiruk pikuk suporter dan peluh keringat yang dikucurkan oleh para peserta kualifikasi Pekan Olah Raga Daerah (Porda) XI/2010 di Lintasan Atletik Pajajaran, Jln. Pajajaran Kota Bandung. Tersembunyi seorang lelaki tua sedang memunguti sampah yang dibuang secara tak bertanggung jawab oleh peserta kualifikasi. Di mata mereka, sampah yang mereka buang hanyalah sampah biasa yang memang seharusnya mereka buang dan tidak dimanfaatan kembali oleh mereka, namun “sampah” itu sangat berguna bagi lelaki 62 tahun bernama Endang ini, “sampah” yang dibuang bisa menjadi berkah tersendiri.

Ia bersyukur, karena pada penyelenggaraan kualifikasi PORDA kemarin, ia mendapatkan hasil yang lumayan, “ Lumayan dek, kalau lagi rame rame begini, penghasilan bapak jadi bertambah, pokoknya dimana ada keramaian, disitu ada bapak, kayak kemarin, di Unpad ada wisuda, terus juga di UPI. Ya Bapak harus bangun pagi dan terpaksa berjalan kaki kesana soalnya Bapak ga punya uang buat naik angkot”.

Endang yang sudah menjalani profesi pemungut sampah selama kurang lebih 12 tahun. “Sampah” itulah yang telah menghidupi Endang dan kedua cucunya menjalani kehidupan sehari-hari. Ia tinggal hanya sebatang kara, sedangkan si cucu dititipkan pada tetangga di kampungnya, Garut. ia berujar bahwa ia hanya bisa melakukan pekerjaan pemungut sampah yang notabene hanya mengandalkan fisik dan ketekunan semata, dikarenakan ia hanya mengenyam bangku sekolah sampai kelas 4 SD saja. Ia tidak disekolahkan lebih lanjut oleh almarhum orangtuanya karena pada saat itu ( Orde lama –red) kondisi Bangsa Indonesia sedang carut marut, begitupun para warganya. Tak pelak, bahwa akhirnya hal itu berimbas kepada Endang.

Endang yang menginap di rumah “majikan” yang terletak di kawasan Pager Gunung, Dipati Ukur, Bandung. Ia menyebut majikan karena orang itulah yang menerima temuan sampah yang dihasilkan jerih payah dari Endang. Pada kualifikasi Pekan Olah Raga Daerah (Porda) XI/2010 di Lintasan Atletik Pajajaran, ia yang berdomisili di sekitar DU terpaksa jalan kaki hanya untuk mengambil sampah sampah yang tersisa di perlombaan. “Say mah seringnya jalan kaki,abisnya kalau saya naik angkot,uang saya keburu habis buat naik angkot saja,ntar saya makannya gimana?” terang Endang.

Endang yang berasal dari Garut ini mengumpulkan berbagai sampah, dari yang jenisnya botol dan gelas minuman, sampai benda yang terkecil seperti tutup botol. “Kalo yang gelas aqua, dijual ke majikan saya 5000 perak, kalo yang botol aqua dijual 3000perak,sama juga kayak tutup botol dan plastik kresek. Sebelum berprofesi sebagai pemungut sampah, ia pernah menjalani pekerjaan sebagai penjual cuanki, dan berjualan disekitar alun-alun,naas baginya profesi sebagai tukang cuanki hanya bertahan selama 2 tahun, sebelum ia terkena razia Satpol PP Kota Bandung.

Gerobak yang ia punya disita oleh petugas dan ia harus menebus denda sebesar Rp 150.000. Bagi mereka yang berpenghasilan yang besar, nominal itu sungguh sangatlah kecil, namun bagi masyarakat kecil seperti Endang, jumlah yang harus ditebusnya sangatlah besar dan bisa menyambung hidupnya di Bandung selama 10 hari. Melihat kenyataan itu, akhirnya ia pasrah, dan berhenti berjualan sebagai tukang cuanki dan kemudian ia beralif profesi menjadi seorang pemungut sampah,

Belum berhenti kisah sedih yang dialami oleh Endang, 2 tahun lalu. Ia ditinggalkan oleh orangtuanya dalam waktu yang hampir berdekatan, ia berujar bahwa orangtuanya meninggal dikarenakan sakit. Ia yang menjadi tulang punggung keluarga tidak bisa membawa orang tuanya ke Rumah Sakit terdekat dikarenakan kekurangan biaya, memang ia memiliki kartu Askes, namun kartu itu tidak banyak membantu Endang dalam pengobatan orangtuanya.

Endang yang tercatat sebagai penduduk di Kampung Babakan Loa RT 03 RW 03 Desa Margawati Kec.Garut, Kab. Garut ini pun tidak menerima uang bantuan program pemerintah BLT. Ia berujar bahwa BLT di desanya banyak diselewengkan, rakyat kecil seperti Endang banyak yang tidak mendapat BLT. Sedangkan rakyat yang “mampu” malah mendapatkan bantuan. Ia sangat menyesalkan hal itu, karena BLT bagi Endang, bisa membuat ia “bernafas” lebih lama dalam bertahan hidup di kerasnya kehidupan.

Ia menuturkan bahwa pendapatan yang ia dapatkan perhari hanyalah Rp 15-20.000/ hari. “Yah,lumayanlah, mendingan ngelakuin pekerjaan yang banyak orang berpandangan pekerjaan ini hina, tapi saya cuek aja,yang penting halal, daripada korupsi kayak di pemerintah sono yang lupa sama keberadaan rakyat kecil kayak saya, padahal mereka kan dipilih sama kita – kita juga, tapi kayaknya mereka udah lupa, mereka sibuk ngurusin korupsi kali”, lanjutnya.

Miris memang, tapi inilah kenyataan yang harus dihadapi oleh Endang, Di saat ia berpeluh ekringat mencari sampah guna member makan perutnya dan menyekolahkan cucunya, di lain pihak para “anggota dewan” yang dipilih oleh rakyat kecil seperti Endang malah berada dalam ruangan ber AC dan memikirkan kepentingan pribadi keluarganya dan memikirkan korupsi apa lagi yang akan ia lakukan selanjutnya.

Kisah Bapak Endang ini seolah membuka mata kita bahwa diluar sana masih banyak rakyat kecil yang masih menderita dibawah tarian tarian korupsi yang dilakukan oleh para pejabat korupsi di gedung sana, Kisah Bapak Endang juga memberikan pelajaran tersendiri kepada kita akan semangat dan ketekunannya bertahan dalam ujian hidup. Simbol ketekunan dan semangat Bapak Endang ini seolah menjadi lentera dalam suramnya hidup ,Dimana dewasa ini banyak orang baik itu remaja dan orang tua yang mengakhiri hidupnya dikarenakan masalah sepele dan mereka menyerah untuk memutar otak untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.

Deny Adi Prabowo 210110080309

  1. Anonim Says:

    pict nya mana gan?
    wah,hoax nih kayanya..

  1. Adrio Kusmareza Says:

    Iya, nih/ Sayang gak ada gambarnya.
    Tapi ceritanya boleh lah.
    Sisilain kehidupan manusia.

  1. Deny Says:

    hahah gambar menyusul soalnya ada di kamera temen hehehe

  1. Yoga_Nugraha Says:

    kita harus lebih menghargai usaha orang lain

  1. Vannia Says:

    Orang kecil memang selalu terlupakan.
    Sabar ya pak. We heart you :)

Leave a Reply

Text Widgets

Labels

Followers

Links

Another Templates

Labels