Puluhan ribu pendukung Juventus, berbondong-bondong ke salah satu stadion sepakbola di kota Turin, yaitu Delle Alpi. Mereka tidak hanya berasal dari sekitar kota Turin, tetapi berasal dari penjuru Italia bahkan ada yang berasal dari luar Italia. Setelah sampai di dekat stadion, mereka mulai bernyanyi-nyanyi dan meneriakkan chant-chant sebagai luapan kebanggan mereka . Lantas apa yang membuat mereka bangga?, ternyata mereka mempunyai stadion baru. Aura di kota Turin,Italia kala itu sangat berbeda dari biasanya.

Semula Juventus memakai Stadion Delle Alpi sebagai ”kandang” mereka kala mengarungi kompetisi sepakbola italia,Lega Calcio Serie A.Stadion yang semula dibangun hanya untuk menambah “gengsi” Italia sebagai penyelenggara Piala Dunia 1990 itu kini sudah bertransformasi. Setelah 13 tahun Juventus menyewa stadion kepada pemerintah kota Turin, akhirnya di tahun 2003 Juventus memperoleh hak penuh untuk kepemilikan Delle Alpi dan diijinkan untuk merenovasi stadion yang mampu menampung 67.000 penonton itu.

Sebenarnya penyewaan stadion merupakan hal yang lumrah kita temui di persepakbolaan Italia, AC Milan dan Inter menyewa San Siro kepada pemerintah Kota Milan, sedangkan klub asal ibukota Italia, Roma dan Lazio meminjam dari Komite Olahraga Italia.

Delle Alpi bukanlah stadion sepak bola ideal yang sejatinya menawarkan banyak kenyamanan seperti stadion yang kita lihat di stadion-stadion di Inggris. Almarhum Presiden Juventus, Giovanni Agnelli pun sempat mengeluhkan fasilitas yang ada di Delle Alpi. Ia berujar, jarak pandang penonton terlampau jauh dikarenakan adanya running track yang mengitari lapangan. Maklum, selain digunakan untuk keperluan pertandingan sepak bola, tapi Delle Alpi juga kerap digunakan untuk perhelatan Olimpiade Musim Dingin



Juventus Arena: Wajah Baru Delle Alpi

Namun, belum juga proyek renovasi tersebut dimulai, skandal calciopoli merebak di Italia medio 2005 yang berujung pada “dipaksanya” Juventus berlaga di kasta kedua sepakbola Italia, Serie B. Impian untuk merenovasi Delle Alpi pun hancur.Sponsor dan saham Juventus langsung anjlok, dan Juve harus mulai kembali dari 0 untuk urusan perenovasian Delle Alpi. Jean Claude Blanc, seorang CEO lulusan Harvard ditunjuk sebagai kepala proyek dan pada November 2008, Juve mengumumkan bahwa kapasitas Delle Alpi akan dipangkas menjadi 41.000 tempat duduk, penghilangan running track dan akan menelan biaya hingga 100 juta Euro . Ia berujar "Stadion baru menjadi awal dari siklus positif, dan akan sangat penting dari sudut pandang Financial Fair Play, terutama untuk meningkatkan sifat kompetitif tim."

8 September 2011 menjadi saksi bisu akan kembali lahirnya stadion yang dekat dengan pegunungan Alpen ini. Aura di kota Turin,Italia kala itu sangat berbeda dari biasanya. Warga Kota Turin yang biasanya sibuk dengan kegiatan industrinya, akan tetapi pada malam itu kebanyakan dari konsentrasi mereka teralihkan pada pembukaan Juventus Arena.

Juventus F.C. Sp.A adalah klub sepakbola italia pertama yang mempunyai hak secara penuh atas pemasukan yang diterima oleh sebuah stadion sepakbola. Sebelumnya, Juventus masih harus mengeluarkan uang sewa stadion kepada pemerintah kota Turin

Lalu, mengapa pembukaan stadion ini bisa dibilang sebagai langkah awal era baru sepakbola Italia untuk kembali unjuk gigi di kancah sepakbola eropa?

Medio 1990-an Kompetisi Lega Calcio Serie A sangat booming di Indonesia. Pemain asli didikan Italia macam Alessandro Del Piero, Franco Baresi, Paolo Maldini dipadukan talenta pemain asing seperti Gabriel Batistuta, Oliver Bierhoff sukses memikat jutaan pasang mata penikmat tayangan sepak bola di Indonesia.

Namun, semenjak “tragedi” Calciopoli yang mencuat di tahun 2005, sontak popularitas Lega Italia pun mengalami penurunan, baik itu dari segi kualitas maupun kuantitas. Kualitas dalam hal ini bisa dilihat dari seberapa kompetitifnya wakil lega Italia di Liga Champions Eropa (LC) , contoh teranyar adalah 1 dari 4 Wakil Italia di Kompetisi Liga Champions Eropa yaitu Udinese sudah angkat koper sebelum babak utama dimulai karena gagal mengalahkan Arsenal pada laga kualifikasi. Anjloknya penampilan wakil-wakil Italia di LC, menyebabkan koefisien Italia disalip Jerman sehingga tahun depan hanya ada 3 wakil yang merepresentasikan Italia di LC.

Bila ditilik dari segi kuantitas, kebanyakan penonton-penonton di Italia termasuk ke dalam penonton yang jarang menonton langsung di stadion. Tiket stadion-stadion seperti Olimpico Roma, Guiseppe Meazza di Milan dan Delle Alpi di Turin jarang sekali sold out, hal ini tentu sangatlah berdampak pada finansial klub. Tiket dan merchandise ibarat roda penggerak keuangan klub, tanpa pasokan dari tiket, klub-klub sepakbola tidak dapat menutupi biaya operasionalnya dan tidak dapat memenuhi syarat mengikuti kompetisi. Tentu pihak klub lebih senang melihat stadion mereka selalu penuh meskipun itu berarti mengurangi jumlah tempat duduk yang tersedia, belum lagi berkurangnya biaya perawatan yang dikeluarkan untuk merawat stadion. Tentu faktor-faktor tersebut sangat membantu klub dalam menjaga neraca keuangan mereka.

Dalam hal ini, saya merasa tindakan yang diambil Juventus terbilang tepat dan berani. Pada laga perdana Lega Serie A melawan A.C. Parma, Juventus mereguk keuntungan hampir 200% dibanding tahun lalu . Pada laga kandang musim kemarin, Juve hanya meraup keuntungan 538 ribu Euro, sedangkan pada laga musim ini Juve meneguk keuntungan hingga 1,1 Juta Euro!.

Tentu hal ini sangatlah menggiurkan bagi para direksi klub sepakbola serie A untuk mengikuti langkah Juventus yang mempunyai stadion milik sendiri.

Tidak butuh waktu lama setelah diresmikannya Juventus Arena, Presiden Palermo Maurizio Zamparini mengemukakan niatnya untuk membangun stadion baru untuk Palermo

"Pada akhir bulan kami akan mepersembahkan proyek utama guna membangun stadion baru di Palermo dan ana akan melihat adanya bagian-bagian yang baru." Kami berharap Juventus Arena di Turin bisa menjadi salah satu titik tolak bagi klub-klub di Italia untuk memiliki markas yang baru." lanjutnya.

Terlebih lagi tahun depan Financial Fair Play (FFP) sudah diterapkan di kompetisi negara yang terkenal memiliki banyak tempat romantis ini. UEFA melalui peraturan FFP akan meminta setiap klub untuk mengaudit segala pemasukan yang klub dapat selama satu musim kompetisi, dan bila terdapat dana yang tidak dapat dipertanggungjawabkan maka UEFA akan menskors klub tersebut dari segala kompetisi profesional .


Bandung, 13-09-2011 23:42 AM

Text Widgets

Labels

Followers

Links

Another Templates

Labels